Text
Menang dengan Bertahan : Belajar dari Perang Khandaq (Seri : Trilogi Kemenangan 3)
Perang itu ibarat api. Ia tak mungkin membara jika ttak ada yang menyulutnya. Dalam bentangan sejarah, umat islam tak pernah mematik api peperangan. namun jika perang sudah berkobar, kaum muslimin pantang mundur.
Pada peristiwa Perang Khandaq ini, Yahudilah penyulutnya. Sebagai pelaksana, dikendalikan kafir Quraisy. Maka, terbentuklah lebih dari 10.000 prajurit sekutu.
Madinah dikepung. Dari luar, pasukan Quraisy dan sekutunya terus mengintai bak harimau yang sedang mengincar buruannya. Dari dalam Madinah, Yahudi Bani Quraizhah berkhianat ibarat anjing yang siap menggigit tuannya. Orang munafik pun menggunting dalam lipatan, siap memanfaatkan peluang jika tiba saatnya. Mereka persis seperti musang berbulu domba. Zahirnya mukmin, dalamnya menyimpan banyak dendam kesumat membara.
Dalam kondisi terjepit seperti itu, pasukan kaum Muslimin menggagas parit sebagai benteng pertahanan. strategi yang sama sekali tak dikenal dikalangan bangsa Arab sebelumnya. Hampir sebulan mereka dikepung. Tapi umat Islam bisa bertahan. Bahkan, diakhir peperangan merekalah yang menang. Nabi saw pun berseteru lantang, ''Mulai sekarang, kita yang menyerang mereka." (HR Bukhari)
Nah, bagaimana strategi kaum Muslimin dalam memenangkan peperangan ini? Apa saja hikmah yang bisa kita ambil untuk dilaksanakan di era sekarang? Buku terkhir dari TRILOGI KEMENANGAN ini mengurainya.
Tidak tersedia versi lain