Text
Kulminasi dan Cerita-Cerita Lainnya
Dia adalah satu dari banyak orang. Dia adalah satu dari banyak peleburan. Dia adalah lautan, gunung dan matahari itu sendiri. Dan, detik itu pula, begitu saja dia mengerti sesuatu. Mulai saat itu dia tidak boleh jatuh cinta.Atau dia akan kehilangan inderanya.Tapi dfa meyakini, bahwa suatu saat ketika dia menemukan belahan dirinya, dia akan jatuh cinta kepadanya, dan akan mengorbankan nyawa untuknya.
—Tat Tvam Asi, Azri Zakkiyah
Tapi Apakah sesungguhnya takdir? Aku mengejawantah seraya menelisik ucap pengkhotbah yang kerap menyebutkan kata takdir dalam pemuliaan otoritas dan pentingnya kepatuhan terhadap hal itu. Tapi aku justru melihat, bahkan mengalami, bahwa takdir ialah rangkaian pikiran. Dan pikiran membidani peristiwa.
—Udumbara, Deasy Tiyaroh
Hujan turun lagi. Barangkali Tuhan memang menjadikan hujan sebagai pengantara cinta kita. Entahlah. Bagiku hujan adalah penenang dari tubuhku yang panas dingin melihatmu langsung.
—Kulminasi, Dimas lndiana Senja
Badanku lengket dan menjijikan.Aku merasa seperti keong berlendir yang sekarat. ""Siramkan air bunga kembang tujuh rupa ini dari atas,"" katanya sambil mengaduk-aduk sesuatu di sebuah tempayan kecil dari tanah liat. Rasa air yang dingin sekejap membuatku terkejut. Kedua orang tuaku latu memapahku ke laut. Mereka mencelupkan kepalaku sebanyak sembilan kali sesuai dengan angka hari kelahiranku yaitu Sabtu.Aku menggigil kedinginan. ""Suruh dia tidur telungkup.""
—Bebainan, Putu Rastiti
Tidak tersedia versi lain